Khutbah Hari Raya Idul Adha, Menghayati Kebesaran Hari Besar
Tuesday, August 6, 2019
اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ. الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة و أصيلا،
الله أكبر ما تحرك متحرك و ارتج، و لبى محرم و عج، و قصد الحرم من كل فج,
وأقيمت لله في هذه الأيام مناسك الحج، الله أكبر ما نحرت بمنى النحائر،
وعظمت لله الشعائر، وسار إلى الجمارات سائر، وطاف بالبيت العتيق زائر، الله
أكبر إذا أفاضوا لزيارة الطواف مكبرين، وللسعي بين الصفا و المروة
مهرولين، وللحجر الأسود مستلمين و مقبلين، ومن ماء زمزم شاربين و متطهرين.
الله أكبر سبحان ذي الملك و الملكوت، سبحان ذي العزة و الجبروت، سبحان الحي
الذي لا يموت، سبحان ربك رب العزة عما يصفون. وسلام على المرسلين و الحمد
لله رب العالمين
أحمد
الله حمد من وفقه فعرفه، وأشكر الله على ادراك ذي الحجة ويوم عرفة. واشهد
أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن سيدنا محمدا عبده و رسوله
نبي أرسله الله بالرحمة و الرأفة. اللهم صل وسلم وبارك على محمد و على اله و
أصحابه اولى التقوى و المعرفة وسلم تسليما كثيرا
أيها
الناس اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون. قالَ اللهُ
تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Saudara-saudara kaum Muslimin hafidhakumullah,
Gemuruh
takbir, tahmid dan tasbih sejak kemarin sore menggetarkan hati setiap
jiwa yang beriman dan takut kepada Allah ﷻ. Seluruh kaum Muslimin tanpa
terkecuali, mulai anak-anak hingga orang tua, laki-laki maupun
perempuan, yang sehat maupun yang sakit, baik sendiri-sendiri maupun
berjamaah, baik berdiri, duduk ataupun tiduran, mengumandangkan takbir,
tahlil dan tahmid. Bahkan bebatuan, tumbuhan dan seluruh alam raya
mengumandangkan takbir untuk menghidupkan sunah Rasulullah ﷺ dengan
mengagungkan dan mensucikan asma Allah ﷻ.
Saudara-saudara kaum Muslimin yang berbahagia,
Kalimat
takbir adalah lafadh yang sangat agung. Islam telah mengajarkan takbir
kepada kita agar senantiasa mengagungkan asma Allah ﷻ. Saat adzan kita
mengumandangkan takbir, saat iqamah kita melafalkan takbir, saat membuka
shalat kita mengucapkan takbir, saat bayi lahir kita tiupkan kalimat
takbir pada kedua telinganya, saat menyembelih hewan kita membaca
takbir, bahkan saat di medan laga kita juga memekikkan suara takbir.
Ketika
kita membaca takbir, الله أكبر maka kita tanamkan keyakinan dalam hati
bahwa hanya Allah yang memiliki keagungan dan kebesaran. Sungguh hanya
Allah yang Mahabesar dan Mahaagung, sedangkan selain Allah adalah kecil
dan lemah. Segala hal yang sering kita bangga-banggakan, berupa kekayaan
harta, mobil mewah, rumah megah, kedudukan dan pangkat yang tinggi,
semuanya adalah kecil dan tidak berarti apa-apa dihadapan Allah ﷻ.
betapa banyak orang kaya jatuh miskin mendadak, betapa banyak orang
memiliki pangkat dan kedudukan diturunkan dari jabatannya dan menjadi
orang biasa. Kedudukan akan hilang, kekayaan akan sirna dan kecantikan
pun akan habis. Dan hanya Allah ﷻ yang tetap maha Agung selamanya.
Namun
demikian lafadh takbir yang mengandung kemuliaan dan kebesaran
tersebut, mulai sering digunakan dan diucapakan dengan sembarangan.
Kadang lafadh yang agung tersebut diteriakan ketika demo anarkis, sambil
merusak fasilitas umum, melempar batu dan dengan mengganggu orang orang
lain, bersamaan dengan itu mereka bertakbir. Apakah pantas kebesaran
lafadh takbir tersebut diucapkan bersamaan dengan mengganggu orang lain
dan merusak. Tentu tidak.
ُاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ و للهِ الحَمْد
Hadirin yang dimuliakan Allah ﷻ.
Di
bulan Dzulhijjah ada dua gambaran bagi umat Islam. Bagi yang dipanggil
Allah ke Tanah Suci, mereka sibuk dengan rangkaian ritual ibadah haji,
mulai wukuf di Arah, mabit di Muzdalifah, Mina hingga tawaf ifhadah.
Sedangkan umat Islam yang lain termasuk kita, kita sibuk dengan ibadah
puasa arafah, sedekah dan perayaan Idul adha serta memotong kurban
setelah ini.
Hari ini adalah hari yang sangat
mulia. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
diceritakan; ketika Rasulullah berkhutbah id, tiba-tiba beliau
bertanya, “Hai, bulan apa sekarang?” “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu?”
jawab para sahabat. Nabi ﷺ diam beberapa saat sehingga para sahabat
menduga-duga, jangan-jangan beliau akan menyebut nama yang bukan nama
sebenarnya. “Tidakkah ini bulan Dzulhijjah?” tanya beliau memecah
kesunyian.” “Ya,” jawab sahabat.
“Negeri apa
ini?” beliau bertanya lagi. “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu?” jawab
sahabat. Beliau diam sehingga para sahabat mengira beliau akan menyebut
nama yang bukan nama sebenarnya dari negeri dimaksud. Ternyata tidak.
“Bukankah ini negeri haram (mulia)?” kata beliau. “Ya,” jawab sahabat.
“Hari apakah ini?” beliau bertanya untuk ketiga kali.
“Allah
dan Rasul-Nya lebih tahu?” para sahabat menjawab. Lagi-lagi beliau diam
agak lama. Lagi-lagi para sahabat menyangka beliau memelesetkan nama
hari itu. Tetapi tidak. “Tidakkah ini hari penyembelihan (kurban)?”
tandas beliau. “Ya,” jawab para sahabat. Beliau bersabda, “Sungguh
darah, harta dan kehormatan kalian adalah barang terlarang (untuk
dilanggar) bagi kalian sebagaimana terlarangnya (baca: mulianya) hari
kalian ini, di negeri kalian ini dan di bulan kalian ini. Sungguh kalian
bakal menghadap pada Tuhan kalian, lalu Dia akan menanyai kalian
mengenai amal perbuatan kalian.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Idul
Adha benar-benar hari yang besar. Ini bukan hari biasa, seperti
hari-hari lainnya. Coba rasakan kebesarannya, kewibawaannya,
kemuliaannya, demikian kira-kira Nabi ﷺ menganjurkan pada kita.
Hadirin…
Kebesaran
hari itu mestinya membawa dampak pada perilaku kita. Merasakan
kebesarannya mendorong kita tertunduk malu di hadapan Allah atas
pelanggaran-pelanggaran yang kita lakukan selama ini.
Tetapi
sekarang, tampaknya, kebesaran dan kemuliaan hari seolah tak berbekas
di hati kita. Kita semakin tidak merasakan kebesarannya. Mungkin kita
melakukan ritual rutin pada hari itu: dengan melakukan shalat Idul Adha
dan berkurban. Namun selebihnya, kita tidak merasakan apa-apa. Yang
melanggar larangan tetap saja melanggar larangan. Yang mengabaikan
perintah tetap saja tak peduli dengan perintah Allah.
Yang
selama ini biasa mengambil hak milik orang lain secara tidak sah (entah
dengan mencuri, menipu, korupsi dan semacamnya) tetap saja melakukan
hal itu meski telah melewati hari nan besar itu. Yang biasa menindas
orang lain, melecehkan kehormatan orang lain, tetap saja melanjutkan
kebiasaannya, meski telah melewati hari nan besar. Idul Adha menjadi
hambar bagi kita. Idul Adha menjadi tak banyak berarti bagi kita.
Yang
mencaci tetap mencaci karena merasa lebih hebat dan lebih baik. Padahal
Allah yang lebih segalanya. Apalagi menjelang pemilu, semakin ramai
cacian, makian dan hinaan antarsesama Muslim, hanya karena beda pilihan.
Padahal Rasul mengingatkan bahwa sesama Muslim adalah mulia. Kenapa
justru kita sendiri yang saling caci dan menghujat?
ُاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ و للهِ الحَمْد
Saudara-saudara kaum Muslimin yang berbahagia.
Ibadah
kurban merupakan ibadah yang diperintahkan Allah sejak jaman Nabi Adam
AS. Bahkan setiap Nabi yang diutus Allah ﷻ memiliki perintah kurban.
Ibadah kurban yang diikuti Nabi Muhammad ﷺ tidak terlepas dari peristiwa
historis Nabi Ibrahim As. Rasulullah ﷺ. suatu saat ditanya oleh
sahabatnya mengenai apa udlhiyah (penyembelihan kurban) itu? Beliau
menegaskan: هذه سنّة أبيكم إبراهيم (ini adalah sunnah bapakmu, Nabi
Ibrahim As).
Nabi Ibrahim As hidup pada abad 18
SM. Masa persimpangan jalan pikiran umat manusia tentang kurban-kurban
manusia yang dipersembahkan kepada dewa-dewa atau tuhan-tuhan mereka,
sementara perintah Allah ﷻ. kepada Nabiyullah Ibrahim As untuk
menyembelih anaknya, Nabi Ismail lantaran diilhami dari suatu ru’yah
(mimpi) sebagaimana dikisahkan dalam Al-Quran (As-Shaaffat: 102) :
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ
أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا
تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkan apa pendapatmu!” Ia
(Ismail) menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu, Insyaallah Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
bersabar”.
Hadirin....
Setiap
individu yang mengaku beriman pasti akan diuji oleh allah ﷻ. Sebagai
bapak akan diuji, sebagai Ibu dan istri akan diuji dan juga sebagai anak
juga akan diuji. Ujian tersebut untuk membuktikan kebenaran iman kepada
Allah ﷻ.
Para mufassir menyatakan, perintah
Allah ﷻ kepada Ibrahim agar menyembelih putranya sendiri hendak
menyampaikan pesan kepada kita, bahwa betapapun besarnya cinta seseorang
kepada anak atau apapun yang dimiliki, bukanlah sesuatu yang berarti
bila Allah menghendakinya. Ridlo dan mahabbah Allahlah yang sejatinya
yang paling berarti dalam hidup ini.
Disebutkan
juga dalam akhir kisah tersebut, Allah ﷻ memberikan pengganti seekor
domba besar atas keberhasilan Ibrahim dan Ismail dalam melaksanakan
perintah dan ujian yang amat berat itu, seperti diungkap Al-Quran
(As-Shaaffat: 107):
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”.
Selain
sebagai bukti keimanan kepada Allah ﷻ dengan mengorbankan apapun jika
memang diperintahkan, maka peristiwa Nabi Ibrahim as, juga mengandung
‘ibrah (pelajaran) bahwa Allah ﷻ menjunjung tinggi harkat, martabat dan
jiwa manusia, sehingga sama sekali tidak memperkenankan manusia
dijadikan kurban penyembelihan atau pembantaian serta sebagai tumbal
apapun yang pada akhirnya mengakibatkan pertumpahan darah atau
melayangnya nyawa manusia. Karena itu, Islam tidak pernah mentolerir
terjadinya kekerasan, kebrutalan, dan penindasan dalam bentuk apapun
yang mengakibatkan pertumpahan darah dan penderitaan umat manusia. Ia
dengan tegas mengharamkan dan mengutuk perbuatan bunuh diri, membunuh
sesama atau membuat kerusakan apapun di muka bumi ini. Intinya kejahatan
kemanusiaan maupun kejahatan lingkungan secara tegas dilarang
Al-Qur’an.
Dengan menangkap pesan dan ‘ibrah
dari peristiwa besar yang tidak ada duanya dan tidak akan terulang kedua
kalinya dalam sejarah umat manusia itu, dapat disinyalir bahwa Muslim
sejati adalah yang memiliki kecintaan dan kepatuhan mutlak kepada Allah ﷻ
melebihi kecintaannya kepada siapapun dan apapun. Perjuangan Nabi
Ibrahim As dan putranya, Nabi Ismail As hendaknya juga dapat dijadikan
sarana introspeksi diri atas ketaatan kita, untuk selanjutnya ritualitas
kurban diharapkan mampu membentuk karakter kepribadian kita sebagai
manusia yang peka terhadap lingkungan dan masyarakat sekeliling kita,
sebagai manusia yang gemar berkorban dan mengulurkan tangan kepada
mereka yang lemah dan yang tertindas.
ُاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ و للهِ الحَمْد
Saudara-saudara kaum Muslimin yang dimuliakan Allah.
Yang
perlu kita perhatikan dalam Ibadah Kurban adalah makna kurban yang
mengandung nilai pengorbanan. Kurban, yang kita niatkan untuk Allah dan
hanya ingin mendapatkan ridha Allah bukan hanya memotong kambing atau
sapi pada hari raya Idul Adha saja. Ajaran mengorbankan kambing atau
sapi dan dagingnya untuk dibagikan kepada orang miskin hanyalah sarana
latihan dan pengingat saja. Pengorbanan jiwa, raga dan harta harus
dilakukan setiap saat, untuk membuktikan derajat ketaqwaan dan keimanan
kita.
Apa lagi pada saat ini, banyak bencana
dan musibah melanda bangsa kita. Gemba besar di NTB, Kekeringan, kapal
tenggelam, angin topan, wabah penyakit hingga kebakaran atau gedung yang
runtuh. Di sinilah saat pengujian keimanan kita, seberapa besar
ketaqwaan dan keimanan kita kepada Allah. Saat ini adalah waktu yang
tepat untuk berkorban dengan segala yang kita miliki demi kebahagiaan
mereka yang terkena bencana. Bukan hanya kambing atau sapi saja yang
harus dikurbankan, namun juga kekayaan lainnya, baik uang, makanan,
pakaian bahkan tenaga kita harus juga kita kurbankan demi mencapai
ketaqwaan dan keimanan yang sempurna.
Kita
harus menata kembali keimanan, membina negara, umat dan bangsa. Kita
harus bersatu dan berdamai dengan sesama saudara kita. Karena kita semua
kaum Muslimin di seluruh dunia sedang dijajah orang-orang Barat. Kaum
Muslimin sedang diinjak-injak dan sedang dalam kesengsaraan. Hal ini
disebabkan perpecahan dan permusuhan diantara kita.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Tepatlah
apabila perayaan Idul Adha digunakan menggugah semangat kita untuk
berkorban bagi negeri kita tercinta yang saat ini sedang dirundung
kesusahan. Krisis moral yang terus menggerogoti, beban ekonomi
masyarakat yang semakin berat, dan kulitas pendidikan di negeri kita
yang belum hebat, narkoba merajalela dan kenakalan remaja di mana-mana.
Dalam
kondisi seperti ini sebenarnya kita banyak berharap dan mendoakan
mudah-mudahan para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak
hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya, tapi untuk
kepentingan bangsa dan negara. Pengorbanan untuk kepentingan orang
banyak tidaklah mudah, berjuang dalam rangka mensejahterahkan umat
memang memerlukan keterlibatan semua pihak. Semoga kita semua mampu
menjadi orang yang bertakwa yang sanggup berkorban demi kemajuan
bersama.
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali
ini, mampu menggugah kita untuk rela berkorban demi kepentingan agama,
bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.
Akhirnya,
semoga ibadah kurban kita diterima Allah ﷻ, dikuatkan iman kita, semoga
Allah senantiasa menjaga kita semua, anak-anak kita, keluarga kita,
saudara-saudara kita, tetangga-tetangga kita dari musibah dan bencana
dan semoga kita semua diberi rezeki yang membawa berkah untuk beribadah
kepada Allah ﷻ.
اللهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ
يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ . و الحمد لله رب العالمين. اللّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي
قُلُوْبِهِم الإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ
رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْا
بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ
وَعَدُوِّهِمْ إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهم
Ya
Allah, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, Muslimin dan Muslimat,
perbaikilah di antara mereka, lembutkanlah hati mereka dan jadikanlah
hati mereka keimanan dan hikmah, kokohkanlah mereka atas agama Rasul-Mu
ﷺ, berikanlah mereka agar mampu menunaikan janji yang telah Engkau buat
dengan mereka, menangkan mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka, wahai
Ilah yang haq jadikanlah kami termasuk dari mereka.
اللَّهُمَّ
أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا
دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتنا الَّتِي
فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ
وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
Ya
Allah, perbaikilah sikap keagamaan kami sebab agama adalah benteng
urusan kami, perbaikilah dunia kami sebagai tempat penghidupan kami,
perbaikilah akhirat kami sebagai tempat kembali kami. Jadikanlah
kehidupan kami di dunia sebagai tambahan bagi setiap kebaikan.
Jadikanlah kematian kami sebagai tempat istirahat bagi kami dari setiap
keburukan.
اللّهمَّ
حَبِّبْ إلَيْنَا الإيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ
إلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ
الرَّاشِدِيْنَ
Ya
Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan
tersebut dalam hati kami. Dan jadikanlah kami membenci kekufuruan,
kefasikan dan kemaksiatan dan jadikanlah kami termasuk orang yang
mendapat petunjuk.
اللّهمَّ
أَعِزَّ الإسْلاَمَ وَالمسلمين وَأَذِلَّ الشِّرْكَ والمشركين وَدَمِّرْ
أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ يا ربَّ
العالمين
Ya
Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam, hinakanlah syirik dan
orang-orang musyrik, hancurkanlah musuh agama, jadikan keburukan
melingkari mereka, wahai Rabb alam semesta. Ya Allah, cerai beraikan
persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka, sesungguhnya Engkau
berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam semesta.
اللهم عذِّبِ الكَفَرَةَ الذين يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ ويُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ ويُقاتِلُونَ أوْلِيَاءَك
Ya Allah siksalah orang kafir yang menghalangi jalan-Mu, dan mendustai rasul-rasul-Mu, membunuh kekasih-kekasih-Mu.
اللهم
فَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَخُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ
مُقْتَدِرٍ إنَّكَ رَبُّنَا عَلَى كلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٍ يَا رَبَّ العالمين
Ya
Allah, cerai beraikan persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka,
sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam
semesta.
اللهمَّ
ارْزُقْنَا الصَّبْرَ عَلى الحَقِّ وَالثَّبَاتَ على الأَمْرِ
والعَاقِبَةَ الحَسَنَةَ والعَافِيَةَ مِنْ كُلِّ بَلِيَّةٍ والسَّلاَمَةَ
مِنْ كلِّ إِثْمٍ والغَنِيْمَةَ مِنْ كل بِرٍّ والفَوْزَ بِالجَنَّةِ
والنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Ya
Allah, berilah kesabaran kepada kami atas kebenaran, keteguhan dalam
menjalankan perintah, akhir kesudahan yang baik dan ‘afiyah dari setiap
musibah, bebas dari segala dosa, keuntungan dari setiap kebaikan,
keberhasilah dengan surga dan selamat dari api neraka, wahai dzat yang
Maha Pengasih.
بَارَكَ
الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ
بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ
الرَّحِيْم
Khutbah II
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ
تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ
اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ
اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى
وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ
لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ
اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ
وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ
وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا
اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً
يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Moch. Bukhori Muslim, Sekretaris Lembaga Dakwah PBNU