-->

ads

in feeds

Iklan Atas Artikel

250x250

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Alasan Kenapa Harus Tengok Dlingo

Friday, June 7, 2013
Kantor Kecamatan Dlingo dari Depan Jalan Raya

Masih ingat kan saat jam 06.30 wib pagi saat saya berpamitan sama Dang Adi dari Bengkulu dan Pak Itong dari Kebumen di Markas PMI Bantul saat itu? Buat kalian pembaca mungkin gak ingat, nggak tahu atau malah kagak mau tahu sama sekali karena bukan urusan kalian.

Yang jelas saat itu kenapa saya harus berpamitan terlebih dahulu, yakni lantaran sudah memiliki perjanjian bilateral antara saya dengan pak Itong bahwa akan meluncur ke Kebumen secara bersama-sama menggunakan sepeda motor jenis Vega ZR bernopol R 3803 WD atas Nama H. Sukir Narjo Saputro dari Banjarnegara.

Perjanjian tersebut eh formal banget yak kayaknya, ya lebih tepatnya waktu itu dr. Seno menelpon saya bahwa pak Itong ingin pulangnya bareng saja dengan saya lantaran aku bawa motor. Nah dari hal itu saya putuskan untuk membawa dua motor helm sekaligus. Namanya pemuda lajang ya pasti dikira mau bawa ojekan cewek di perjalanan, sudah resiko digosipin kayak gitu koq.

Singkat cerita saya meluncur dari Banjar jam 08 malam dan sampai di Markas PMI Bantul jam 4 pagi dini hari langsung disambut sama Bambang Widodo, Eru Vierda, Dang Adi dan Rere Edane di teras Mushola PMI Bantul yang berbentuk gazibu. Walau saya masih asing dengan mereka ya namanya juga baru datang otomatis ngajak salaman donk ke mereka.

Kembali deh ke topik awal terkait postingan saya kali ini. Saat akan meluncur ke Dlingo tersebut posisi pak Itong sedang mandi dan kusibukkan diri untuk memanaskan sepeda motor Vega ZR ini. Namanya juga sepeda motor yamaha, begitu dingin dihidupkannya ya cukup lama harus di choke dan disela segala macam caranya.

Akhirnya kesabaranku berbuah semangka dan pak Itong pun muncul dari Kamar mandi dengan kumisnya yang lebat bak Pak Raden di sinetron Unyil. Aku pun berterus terang kalau akan naik sebentar ke arah Dlingo lantaran kangen dengan suasana di wilayah kecamatan tersebut karena dulu pernah tinggal di sana selama sembilan bulan lamanya.

Mendapat persetujuan dari pak Itong aku pun langsung meluncur ke arah Dlingo dan tak sempatkan mengisi bensin senilai 10K di SPBU kidul Polres Bantul. Indikator bertuliskan fuel pun bergerak naik menandakan bahan bakar berupa bensin terisi hampir penuh. Sepeda motor dinyalakan dan kembali dilanjutkan perjalanan dengan tujuan utama ke Mangunan RT 11 Desa Mangunan, Dlingo Bantul.

Foto Aku dan si Biyung di Dukuh Mangunan

Rumah yang pertama kali dituju adalah rumah Mbah Kardiwiryo yang dahulunya dijadikan Posko di desa tersebut. Kendati sudah lima tahun tak mengunjungi Dlingo maupun rumah Mbah Kardi, aku pun masih ingat dengan wajah si Biyung yang merupakan istri Mbah Kardi tersebut. Kontan saja si biyung lupa dengan saya namun sekedar sedikit amnesia soal wajah, untuk nama sih dia ingat lha wong saya kayak artis namanya dikenal di seantero jagat Dlingo dengan lagu Belahan Jiwanya.

Setelah bersalaman aku pun duduk-duduk sambil ngobrol ngetan ngulon-ngalor ngidul tentang berbagai hal yang juga membahas mengenai surat yang pernah aku kirimkan beberapa waktu silam. Surat yang berisi sedikit foto-foto saya dan nomor Hp, yang sempat ku khawatirkan tak sampai lantaran dari surat tersebut tak ada kabar darinya. Maklum saja mereka merupakan keluarga sibuk yang sebagian besar mengajar atau kerja di lembaga pemerintahan.

Usai makan-makan dengan bakmi telor yang dibeli tadi pagi katanya, saya dipertemukan dengan seorang tamu dari Jakarta keturunan China yang entah siapa namanya aku lupa. Saat itu saya menawarkan sebuah panorama pemandangan di daerah Kebun Buah Mangunan yang merupakan salah satu daya tarik dari Dlingo ini. Layaknya pemandu wisata saya pun memboncengkan tamu dari Jakarta tersebut dengan sepeda motor dan menemani hingga ke Puncak.

Saya berfoto di kolam pemancingan kebun buah Mangunan
Senang sekaligus kecewa lantaran tanaman buah yang ada di sana dalam kondisi tak berbuah dan cuma jeruk saja yang berbuah itu pun habis di panen tiga hari sebelumnya. Mengenai pemandangan cukup bagus tapi hanya di bagian sisi yang berbatasan langsung dengan wilayah kecamatan Panggang dengan sebuah pemandangan dari daerah ketinggian yang cukup sejuk.

Bosan dengan suasana yang tak begitu mendukung akhirnya dia memutuskan untuk pulang saja dan membeli setengah kilogram cabe merah untuk dibikin sambal terasi oleh si Biyung. Pulang ke rumah si biyung dan posisi beliau sedang memasak daun singkong, wah cocok nih cabenya dibikin sambal saja. Namun saya  tampaknya harus berpamitan karena waktu sudah cukup siang untuk silaturahmi ke tempat lain.

Sembari menghidupkan motor, memori di otak saya searching sebentar menentukan lokasi GPS terkait rumah warga yang akan dituju selanjutnya. Koordinat tertuju pada rumah almarhum pak Tuyi yang merupakan tim pelaksana dari program bantuan yang saya jalankan di wilayah tersebut. Pak Tuyi ini memegang peranan dalam program di tingkat RT tempat tinggalnya.

Berbincang selama satu jam lebih sedikit di rumah  almarhum pak Tuyi, saya pun mendapatkan berbagai kisah memilukan terkait tragedi sebelum dan saat meninggalnya beliau. Berbagai fitnah yang dilakukan oleh tetangga sebelahnya yang kini menjabat dukuh dan sinisme warga terhadap keluarga yang ditinggalkan. Kini keluarga almarhum harus bersabar dalam pengasingan warga hingga entah sampai kapan mereka pun tidak tahu.

Sudah cukup puas hati ini dalam berbincang-bincang dan kenyang pula karena disuguh segelas susu coklat dan roti roma kelapa, saya pun mohon undur diri guna melanjutkan perjalanan ke Dukuh Tekik Desa Temuwuh yang berbatasan langsung dengan desa Dlingo. GPS pun kembali menemukan koordinat rumah mantan Kades Temuwuh bapak Basuki, dan yang saya tuju adalah keponakan beliau yakni Mas Yudha yang memiliki counter pulsa.

Jadi ingat dahulu kala pertama kali datang ke desa ini, saya dipinjami radio oleh beliau dan memainkan musiknya dengan lagu-lagu jatilan yang kupinjam dari pak Sis Poniran kaset pitanya. Masih terngiang pula bahwa di lagu jatilan tersebut dinyanyikan lagunya Nurhana  berjudul ela-elo versi grup jatilan asal Ambarketawang, Gamping Sleman.

Liriknya begini "Selamat datang kami ucapkan, kepada para penonton. Selamat datang kami ucapkan kepada penonton semua. Dalam mementaskan kesenian jatilan, dari Ambar Ketawang Kecamatan Gamping Sleman". Kurang lebih begitu saja deh dan ada sedikit lirik yang saya lupa, mengenai kasetnya sekarang sudah lenyap ditelan kardus bekas yagn entah di mana keberadaannya.

Mengenai kunjungan di Dukuh Tekik Desa Temuwuh ini saya tercatat mengunjungi rumah mas Yudha, Pak Poyo, Pak Sis Poniran dan terkait pak Sutiar saya tidak sempat mampir karena harus segera turun. Namun dari keluarga pak Sutiar ini saya hanya menyalami Mba Ika yang merupakan anak pak Sutiar, dan kondisi saat itu mba Ika sedang ke warung sembari menggendong anaknya yang berumur 3 tahun.

Setelah berpamitan kepada beberapa warga yang saya kunjungi akhirnya saya meluncur ke arah Markas PMI Bantul tentunya dengan mengambil beberapa take photo dengan menggunakan kamera handphone blackberry curve 8520. Sebuah bukti nyata atau otentik bahwa saya mengunjungi Dlingo, ini tentu saja menjadi sebuah kepuasan batin lantaran bisa kembali bersilaturahmi dengan warga yang pernah saya tinggali.

Seolah mendapatkan kabar yang dibawa angin tornado, saya terkejut saat mempertanyakan keberadaan Pak Itong kepada Rere ataupun Dang Adi. Ternyata pak Itong sudah meluncur dua jam sebelumnya kira-kira jam 2 an karena saat meluncur dari Markas PMI Bantul beliau berziarah dahulu ke makam H. Tutur Priyanto yang merupakan pahlawan kemanusiaan yakni seorang relawan PMI Bantul yang meninggal dunia saat akan mengevakuasi Mbah Maridjan.

Begitulah cerita yang saya bagikan kepada para pembaca sekalian mengenai kunjungan saya ke Dlingo. Sesungguhnya apa yang ku cari di Dlingo hanyalah sebuah silaturahmi, tak ada hal yang membanggakan hati selain bisa bertemu orang-orang yang sudah kita kenal dan tak kunjung jumpa dalam waktu lama. Sebuah kesempatan bisa dipertemukan kembali itulah kebahagiaan bagi diri saya. Semoga kita masih diberi umur untuk menyambung silaturahmi ini Pak lan Ibu yang ada di Dlingo atau pun Bantul.







1 comments on Alasan Kenapa Harus Tengok Dlingo

  1. Buah Mangunan itu kayak gimana bang baru denger saya

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar tetapi dengan santun.

Buat yang pengen lihat kehebohan kami di Youtube, silahkan lihat di sini https://goo.gl/FQGQku atau https://goo.gl/1ufXwB